Rabu, 04 Juni 2014

Tugas Softskill ke-3

The Foods and Beverages Merchants in Jabodetabek Lost Their Income Until Rp 200 billion


Bad weather that hit several regions in Indonesia is large enough to impact the food and beverage industry in this country. For only the Jabodetabek area, the floods predicted suppress the turnover to 25 percent.

Chairman of the Food and Beverage Association of Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman explained, a decrease of revenue is due to the difficulty of the distribution of products from the factory to the market because of the flooding block. Thus, it spreads on the decline in consumption.

As an overall result, Adhi estimated the food and beverage industry in Jabodetabek lost the income until Rp 200 billion per day. “In the normal situation, the income in each day for this region reached USD 800 billion,” he said on Tuesday (01/21/2014).

It is not only the distribution to the consumer, food and beverage manufacturers must also bear the losses due to the distribution of raw materials from the another region which also faltered.

For example, the transportation of fresh fruit and meat from Central Java, currently takes up to four days. Though, it usually takes only a half day. “Whereas within five days, the fresh raw materials will rot in about 50 percent” he said.

It hasn’t counted yet the losses because the factory could not be operated due to workers who could not get in because of flooding, or because there is no electricity supply due to outages by PLN in some areas.

Despite the losses is in sight, according to Adhi, manufacturers of foods and beverages will not raise their selling prices. Because this problem is only temporary.


Makanan dan Minuman Pedagang di Jabodetabek Kehilangan Pendapatan Mereka Sampai Rp 200 Miliar


Cuaca buruk yang melanda beberapa wilayah di indonesia cukup besar untuk memberikan dampak pada industri makanan dan minuman dalam negeri ini. Untuk hanya jabodetabek, banjir yang diprediksi menekan pembalikan ini menjadi 25 persen.

Ketua asosiasi makanan dan minuman indonesia ( gapmmi ) adhi lukman menjelaskan, penurunan pendapatan ini karena kesulitan distribusi dari produk dari pabrik untuk pasar karena banjir blok. Dengan demikian, hal ini menyebarkan pada penurunan konsumsi.

Sebagai sebuah secara keseluruhan hasil, adhi diperkirakan industri makanan dan minuman di Jabodetabek kehilangan pendapatan hingga Rp 200 miliar per hari. "Dalam kondisi normal, pendapatan dalam setiap hari untuk daerah ini mencapai usd 800 miliar." ia mengatakan pada selasa ( 01 / 21 / 2014 ).

Hal ini tidak hanya distribusi kepada konsumen, produsen makanan dan minuman juga harus menanggung kerugian akibat distribusi bahan baku dari daerah lain yang juga diragukan.

Contohnya, transportasi dari buah segar dan daging dari jawa tengah, saat ini mengambil untuk empat hari. Meskipun, ini biasanya mengambil hanya setengah hari. "padahal dalam lima hari, bahan baku segar akan membusuk di sekitar 50 persen." katanya.
Dan sampai bisa dihitung belum kerugian karena pabrik tidak dapat beroperasi karena pekerja yang tidak bisa masuk karena banjir, atau karena tidak ada pasokan listrik akibat outages oleh PLN di sejumlah daerah.
Walau kerugian sudah terlihat, menurut Adhi, produsen makanan dan minuman yang tidak akan menaikkan harga jual mereka. Karena masalah ini hanya sementara.