AKUNTANSI INTERNASIONAL
“Kompetisi Global dan Internasionalisasi Pasar Modal”
Nama : NURLAELA SARI
NPM : 25211358
Kelas : 4EB03
Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma
2015
Peningkatan sumber daya manusia Indonesia merupakan
sebuah tuntutan dibanding dengan pilihan dalam era globalisasi ini.
Perkembangan di bidang ekonomi yang sudah semakin tak berbatas, arus informasi
yang semakin kencang dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin pesat membuat sumberdaya manusia menjadi kunci keberhasilan dalam
mengatasi tantangan dan perubahan zaman. Dalam bahasa lain, bisa kita katakan,
bangsa yang meningkatkan sumberdaya manusianya akan menguasai dunia dan
sebaliknya bangsa yang tidak menginvestasikanya akan menjadi bangsa
terjajah.Artinya, kualitas manusia Indonesia harus selalu bisa beradaptasi
dengan perubahan, bahkan mencipta perubahan itu sendiri.
Namun, faktanya alih-alih mencipta perubahan, beradaptasi pun bangsa ini masih
butuh proses panjang. Hal ini ditengarai karena persfektif pembangunan
Indonesia yang belum bisa menempatkan manusia sebagai fokus pembangunan.
Pemerintah masih terjebak pada pola pertumbuhan ekonomi yang seringkali tidak
merefleksikan pada tataran akar rumput (grass root). Contoh kecilnya
adalah, bagaimana sektor pendidikan yang harusnya mencetak sumberdaya manusia
yang berkualitas masih belum menemukan metode yang ideal untuk mendidik anak
bangsa. Belum lagi kesempatan memperoleh pendidikan yang masih jauh dari
harapan rakyat.
Dibandingkan dengan bangsa asia lainnya, seperti
Jepang,China dan India, kita masih jauh dalam hal kompetisi daya saing. Masalah
daya saing dalam pasar dunia yang semakin terbuka merupakan isu kunci dan
tantangan yang tidak ringan. Tanpa dibekali kemampuan dan keunggulan daya saing
yang tinggi, niscaya produk suatu negara, termasuk produk Indonesia,tidak akan
mampu menembus pasar internasional. Bahkan masuknya produk impor dapat
mengancam posisi pasar domestik. Di tengah keterbukaan ekonomi dimana produk
dan jasa bersaing bebas dalam sebuah negara, maka yang paling memiliki
keunggulan kompetitif, akan menguasai pasar. Tentunya kita tidak mau bangsa ini
hanya jadi pasar bagi produk bangsa lain. Kita tidak boleh menjadi bangsa konsumen.
Untuk meningkatkan daya saing manusia Indonesia,
ada beberapa hal yang bisa kita lakukan. Pertama, meningkatkan kualitas hidup
masyarakat baik di bidang jasmani maupun rohani.Hal ini diantaranya adalah
meningkatkan kualitas SDM yang produktif, Peningkatan SDM yang berkembang dalam
memanfaatkan, mengembangkan, dan penguasaan iptek, pengembangan pranata yang
meliputi kelembagaan dan perangkat yang mendukung peningkatan kualitas SDM.
Kedua, membenahi sektor pendidikan kita. Melalui pendidikan, masyarakat akan
memiliki pengetahuan dalam mengatur kehidupannya secara lebih baik, memperbaiki
sistem pendidikan dan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi anggota
masyarakat untuk mengenyam pendidikan dan meningkatkan kualitas pengajar.
Bangsa ini lahir tentu tidak dimaksudkan menjadi
bangsa konsumen. Sebuah bangsa yang selalu tergantung pada produk-produk bangsa
lain. Petuah Soekarno yang menekankan berdiri di atas kaki sendiri (berdikari)
sangat relevan untuk menjadi penyemangat laju langkah kita. Manusia jangan
dipandang sebagai objek,melainkan sebuah aset yang harus dikembangkan karena
akan menentukan produktivitas suatu bangsa. Meskipun teknologi sedemikian
canggihnya, manusia tidak akan bisa tergantikan dari segi kemampuanya untuk
terus memperbaiki diri dan bahkan mencipta lebih dari kemampuannya. Kuncinya
pemerintah harus kembali pada jalur pembangunan yang berorientasi manusia (people
centerd development), jika abai, siap-siap kita tenggelam dalam arus
penjajahan gaya baru.
Faktor lain yang turut menyubangkan akan
pentingnya akuntansi internasional adalah fenomena kompetisi global. Penentuan
acuan (benchmarking), suatu tindakan
untuk membandingkan kinerja satu pihak dengan suatu standar yang memadai,
bukanlah hal yang baru. Hal yang baru adalah standar perbandingan yang kini
melampaui batas-batas nasional.
Dalam penentuan acuan terhadap pesaing
internasional, seseorang harus berhati-hati untuk memastikan bahwa perbandingan
yang dilakukan memang benar-benar dapat dibandingkan. Sebagai contoh, alat ukur
kinerja yang sering digunakan adalah pengembalian atas ekuitas (ROE). Dalam
membandingkan ROE suatu perusahaan konsumsi tahan lama dari Amerika dengan
Electrolux dari Swedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar